RENUNGAN KISAH PARA RASUL 10:44-48
Oleh : Vik.Banizman Zai
Oleh : Vik.Banizman Zai
Sering sekali kita melihat di sekitar kita peristiwa kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang mengatasnamakan agama dan Tuhan. Kelompok yang satu mengatakan agamanya yang paling benar dan paling sahih. Tidak ada kebenaran yang lain selain ajaran yang mereka miliki. Kesombongan iman ini membuat kelompok-kelompok agama itu merasa berkuasa dan menekan kelompok beragama lain yang dianggap tidak sepaham. Merusak tempat beribadah kelompok lain yang tidak sejalan dengan kebenaran kelompok berkuasa. Lama-kelamaan kita semakin menyadari bahwa kebenaran adalah milik dan karangan kelompok yang bekuasa saja.
Seorang Teolog Studi Agama-agama mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengenal Tuhan secara sempurna 100%. Maka itu tidak ada seorang pun yang berhak mengatasnamakan Tuhan untuk menekan sesamanya manusia. Dan tidak ada yang boleh melakukan kekerasan bentuk apapun atas dasar ajaran agama. Kita sebagai manusia adalah ciptaan Tuhan, Allah Yang Mahakuasa. Pikiran logika kita tidak akan cukup untuk memahami kehadiran Allah yang dahsyat. Kita tidak mampu menyelami karya dan pekerjaan tangan Tuhan bagi dunia ini secara utuh (Roma 11:33).
Di dalam iman kita memahami Allah Tritunggal. Pemahaman itu juga bukan berasal dari ilmu pengetahuan manusiawi, tetapi berasal dari Allah Bapa sendiri yang mengutus AnakNya yang tunggal turun ke dunia untuk memperkenalkan Bapa kepada mereka yang hidup dalam pengaharapan. Butuh proses panjang bagi manusia untuk dapat memahami ajaran Yesus Kristus, karena ajaran-ajaranNya berasal dari kehidupan sorgawi yang tidak dikenal manusia. Proses ini lah yang sedang dialami oleh Rasul Petrus dan jemaat Yahudi Kristen (golongan bersunat) dari Yope. Menurut adat istiadat bangsa Yahudi, hanya kepada mereka saja Allah menyatakan Diri dan karyaNya. Mereka mengganggap bahwa hanya keturunan Abraham, Ishak, Yakub yang berhak menyembah dan mendapat berkat Allah (Yoh.4:22). Pemikiran tradisional semacam ini terus terbawa di dalam kehidupan mereka yang telah menjadi pengikut Yesus Kristus.
Jikalau tangan dan kaki Allah dapat dihalangi untuk menyelamatkan bangsa lain, maka tidak ada jalannya Injil bisa diberitakan kepada segala bangsa (bdk.Mat.28:19-20). Tetapi manusia tidak berhak menghalangi rencana Allah. Allah memperingatkan Rasul Petrus melalui suatu penglihatan (Kis.10:11-15) dan menasehati dia agar membuka ruang penginjilan bagi bangsa Romawi. Dari Yope Petrus berangkat ke Kaisarea untuk bertemu dengan Kornelius, seorang perwira pasukan Italia.
Rasul Petrus dan Kornelius saling berbagi pengalaman iman bersama Tuhan. Saat itu juga Rasul Petrus memahami bahwa Allah Tritunggal adalah Tuhan bagi semua orang yang mau percaya. Saat ia berbicara, tiba-tiba Roh Kudus dicurahkan kepada Kornelius dan keluarganya. Hal itu ditandai dengan pengucapan bahasa roh dan memulikan Tuhan. Maka semua orang dari golongan bersunat itu heran luar biasa. Peristiwa ini membuat semua golongan bersunat termasuk Rasul Petrus tidak ragu untuk membaptis Kornelius dan keluarganya. Akhirnya Injil Yesus Kristus bisa diberitakan tanpa ada batasan suku bangsa tertentu. Karena memang seperti itulah rencana utama karya penyelamatan Allah bagi dunia.
Pencurahan Roh Kudus diberikan kepada segenap persekutuan Kristen, yaitu setiap orang yang telah dibaptis dan mengaku iman percayanya kepada Allah Tritunggal. Dan mereka yang menerima curahan Roh Kudus akan merasakan kuasa yang dahsyat secara pribadi. Artinya hati, jiwa, pikiran dan kehendak kita sepenuhnya dikuasai dan dipimpin Roh Kudus. Hal ini dapat dilihat secara langsung dari buah roh yang kita hasilkan setiap harinya dalam berbagai bidang kehidupan. Adakah kehidupan yang kita jalani mewakili kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal.5:22-23). Jika kita masih berbicara dan bersikap dengan prasangka negatif, maka kita jauh dari kuasa pimpinan Roh Kudus. Kenyataannya tidak semua orang Kristen yang mampu hidup dikuasa Roh Kudus. Maka itu dalam 2 Kor.13:5, Rasul Paulus mengatakan “Ujilah dirimu!, ujilah imanmu!, adakah Yesus Kristus di dalam setiap perbuatanmu?”
Satu hal lagi yang perlu dan penting untuk kita pahami bersama mengenai kuasa pencurahan Roh Kudus, yaitu karunia-karunia Roh. Kis.10:46 memberi kesaksian bahwa Kornelius dan seisi rumahnya berbahasa roh dan memuliakan Allah. Berbahasa roh adalah ciri persekutuan Kristen yang dikuasai curahan Roh Kudus. Mereka bisa berbicara dengan bahasa yang belum pernah dipelajari seperti peristiwa Pentakosta, atau berbicara dalam bahasa yang bukan dari dunia ini. Karunia ini pemberian Allah, bukan menjadi hak milik seseorang. Bahasa roh tidak bisa dipelajari atau dijadikan standar keselamatan strata 2 bagi orang Kristen. Nyatanya dalam 1 Kor.12:28 berbahasa roh masuk dalam urutan terakhir dari beberapa karunia-karunia roh lainnya seperti menginjil, mengajar, mengadakan mujizat, menyembuhkan, melayani dan memimpin. Semua karunia-karunia roh setara, karena berasal dari 1 Tuhan saja. Yang penting adalah karunia-karunia roh itu digunakan untuk membangun jemaat dalam kebersamaan.
Orang Kristen harus bisa berbahasa roh. Bahasa roh itu beragam sesuai kebutuhan situasi dan zaman. Zaman dulu para rasul membutuhkan bahasa bangsa lain untuk memberitakan Injil. Sekarang bahasa apa yang kita butuhkan? Bahasa Inggris? Perancis? atau Portugis? Tidak! Yang benar adalah "KASIH"! Bahasa Kasih adalah bahasa asli Negeri Seb'rang Pelangi. Kita membutuhkan bahasa kasih! Bahasa yang mampu meredam amarah, dan yang berkuasa menghadirkan sejahtera Allah. Bahasa yang bisa membangkitkan semangat iman, dan yang membangunkan gereja dari kesuaman. Bahasa yang mampu menghempas kebohongan, dan yang bersedia menyuarakan keadilan. Bahasa yang tidak hanya diucapkan oleh mulut, tetapi juga diungkapkan oleh segenap perbuatan. Karena pada kenyataannya perbuatan berbicara lebih keras dari pada perkataan!
Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus akan menolong kita mewujudkan dunia yang semakin baik di waktu mendatang.
Komentar
Posting Komentar