Don't Stop Me Now !


Oleh: Vik. Aurelius S.W. Porawouw

Panggilan dan pengutusan adalah hal yang selalu dibicarakan dalam setiap pembinaan di GPIB. Hal ini adalah salah satu yang terpenting, sebab dengan dasar ini seseorang melakukan tugas dan tanggung jawab pelayanan di GPIB. Tulisan ini bukan ingin menjelaskan apa itu panggilan dan pengutusan secara teologis, baik itu secara teoritis maupun praksis. Tetapi, yang ingin diutarakan di sini adalah sebuah refleksi pribadi tentang panggilan dan pengutusan itu.
Panggilan dan pengutusan itu adalah sebuah hal yang dinamis, karena hal tersebut melekat pada diri seorang pelayan ataupun calon pelayan. Oleh karena itu rumusan panggilan dan pengutusan secara teologis (baca=GPIB) akan tetap atau pada nantinya akan berubah sesuai dengan konteks. Akan tetapi panggilan dan pengutusan yang berada dalam diri seseorang itu berubah setiap saat. Banyak contoh yang dapat kita ambil, seperti seorang pelayan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan etika, karena kondisi pribadinya yang membuat dia gelap mata dan gelap hati, bukankah ini sebuah degradasi panggilan dan pengutusan. Kemudian, bukankah banyak dari kita yang ragu pada diri sendiri dengan pertanyaan "Apakah saya pantas menjadi pelayan?", akan tetapi keraguan itu berubah menjadi sebuah keteguhan tekad dan semangat untuk menjadi seorang pelayan.
Sayangnya, dinamika panggilan dan pengutusan kita tidak selalu pada titik puncak. Dia bergerak naik turun, kadang juga oleng ke kanan dan ke kiri. Tugas dan tanggung jawab pelayanan dibumbui dengan masalah pribadi, kemudian dicampur dengan tantangan dari mitra pelayanan, sering kali membuat kita ingin segera lepas dari panggilan dan pengutusan kita. Tapi saat pelayanan kita berkenan pada jemaat dan juga membawa berkat materi dan non-materi itu ada, panggilan dan pengutusan itu berada dalam lajurnya dan berjalan dengan kecepatan yang tinggi. Inilah bukti bahwa panggilan dan pengutusan itu dinamis.
Akan tetapi satu hal yang tidak diijinkan, yaitu padamnya panggilan dan pengutusan itu sendiri. Kalau dia sudah padam, banyak pihak yang kecewa, termasuk diri sendiri. Kalau dia sudah padam, maka punahlah segala hal yang sudah diperjuangkan selama ini. Oleh karena itu panggilan dan pengutusan ini harus tetap ada, ibarat lampu meskipun dia redup, tapi masih mengeluarkan cahaya. Ini harus didukung dengan motivasi diri yang berasal dari Sang Kepala Gereja, dan juga dengan kolegialitas diantara rekan-rekan pelayanan.
Pada tahapan yang mulai kita masuki saat ini, entah itu dengan panggilan pengutusan yang membara, entah itu dengan penuh atau 3/4 atau 1/2 keraguan. Kita harus menjalani proses ini dengan tidak mengenal kata menyerah, kita harus terus berjuang sampai kita tidak mampu berjuang lagi. Berat memang, tapi jangan sampai panggilan dan pengutusan kita padam dan hilang. Maju terus bersama Yesus, sebab dalam persekutuanmu dengan-Nya, jerih lelahmu tidak akan sia-sia. Long Life Vikaris 2012 GPIB.

Komentar

  1. mantap kak..tetap semangat untuk teman2 semua! karena perjalanan masih panjang dan penuh rintangan....

    BalasHapus
  2. semangat!! entah kenapa Roh Kemalasan ada padaku sehingga malas membaca dan menulis :D

    BalasHapus
  3. belajar menghadirkan Roh Ketekunan rana bukan roh kemalasan, hahahahaha :p
    Vikaris 2012, we can do it !! sampai kita tidak mampu berjuang lagiii, hahahaha :)
    (Ayat Pribadi q) I Korintus 9 : 16 = "Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku,jika aku tidak memberitakan Injil".Untuk itulah kita semua terpilih untuk melayani-Nya dengan segenap hati.

    Trimakasih tulisannya bang, sangat tersentuh hati q membacanya :)
    GBU all...

    BalasHapus

Posting Komentar