Oleh: Vik.Hendry V. Sihasale
Trilogi Dogmatika Kontekstual
karya Pdt. Ebenhaezer Nuban Timo, memang sangat bermanfaat dalam mengentalkan
kembali pemahaman tentang dogmatika Kristen. Tiga atau empat pokok pemikiran
dogmatis yang diulas dalam tiga buku ini menjelaskan rancangan Allah yang
menyelamatkan manusia, yang digumuli oleh umat Kristen selama ribuan tahun. Itu
makanya dalam ketiga buku tersebut muncul cukup banyak pemikiran para teolog
klasik dan barat, khususnya Karl Barth, terkait dengan tema yang diangkat oleh
penulis. Dan mungkin tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa penulis banyak
dipengaruhi pemikiran Karl Barth, mengingat dirinya memang dekat dengan karya
dari teolog neo-ortodoksi tersebut.
Dalam buku pertamanya, “Allah Yang
Mengulang Dirinya Tiga Kali”, penulis mengulas dogma Trinitarian sebagai karakter keberadaan
Allah. Penulis menggunakan rekonstruksi Karl Barth tentang Tritunggal sebagai
satu substansi tiga pribadi, dan membahasakan sebagai Allah yang mengulang
diri-Nya tiga dimana Allah Tritunggal adalah Allah yang menghadirkan diri-Nya
bersama-sama dalam mengerjakan peran-Nya sebagai pencipta, pendamai, dan
pembaharuan. Penulis juga mengangkat paham-paham sesat terhadap keberadaan
dogma tersebut. Dalam perkembangannya, konsep ke-Tritunggalan Allah dapat
menjadi pintu masuk bagi iman untuk memahami konteks kemajemukan sebagai suatu
realitas yang Allah kehendaki untuk dinikmati sebagai berkat Allah bagi
umat-Nya. Hal penting lainnya yang ditekankan oleh penulis adalah pemahaman
tentang dogmatika itu sendiri, yang diulasnya secara panjang lebar, yang mana
hampir setengah dari buku pertamanya ini hanya untuk hal itu. Dengan kata lain
penulis ingin menunjukkan keberadaan dogmatika dalam pemikiran Kristen sebagai
sesuatu yang otentik, baku, universal dan historis.
Dalam buku keduanya, “Allah Dalam
Perjalanan Menjumpai Manusia Berdosa”, penulis menggunakan konsep Barth sebagai paradigma dalam
memahami penciptaan sebagai basis dan pondasi dari perjanjian kasih karunia
Allah. Perjanjian adalah seluruh karya Allah yang terealisasi dalam tiga karya
yang tidak terpisahkan: penciptaan, pendamaian, dan penyelamatan. Keselamatan
itu dipahami sebagai sesuatu yang telah berlangsung sejak dahulu, dan sedang
berlangsung saat ini, yang mengarah ke masa depan. Semua ini
diprakarsai serta dikerjakan oleh Allah di dalam ketiga pribadi-Nya, Bapa dan
Anak dan Roh Kudus.
Dalam buku ketiganya, “Manusia Dalam
Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus”, penulis menekankan tanggapan manusia yang dibutuhkan dalam
menyambut pekerjaan Allah yang menyelamatkan. Penulis kembali pada gagasan Karl
Barth tentang Allah, persekutuan, dan manusia. Bahwa karya penyelamatan Allah
ditujukan kepada persekutuan umat manusia, dan dari persekutuan umat manusia
itu setiap individu dipanggil untuk terlibat dalam mengerjakan karya
keselamatan Allah yang dikarunai padanya. Penulis juga menegaskan bahwa di luar
gereja tidak ada keselamatan, karena hanya melalui gerejalah Allah
mengaruniakan keselamatan.
Ulasan sekilas tentang ketiga
buku ini, dimaksudkan oleh saya untuk menanggapi kembali apa yang pernah
dikatakan oleh Vik. Cindy Koan dalam pembinaan vikariat, bahwa buku karangan
Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo adalah review terhadap apa yang
pernah dipelajari oleh para vikaris di kampus. Dan apa yang dikatakan oleh Vik.
Cindy tersebut, kembali muncul sebagai suatu kesan setelah membaca trilogi
dogmatika Pdt. Ebenhaezer. Namun apakah salah ketika buku ini mereview
pengetahuan yang diperoleh para vikaris ketika masih menjadi mahasiswa di
kampus? Jelas tidak salah. Bahkan buku ini menambah perbendaharaan gaya
pemikiran dan bahasa yang sederhana mengenai dogmatika, khususnya dogmatika
dalam pendekatan neo-ortodoksi Karl Barth. Hanya tidak menjadi input yang
dibutuhkan dalam hal mengembangkan gaya berteologi kontesktual. Meski judulnya
dogmatika kontekstual, buku ini masih minim dalam memaparkan pemikiran
kontekstual. Dengan demikian, sudah tepat apa yang dikatakan oleh Pdt. A.A.
Yewangoe dalam halaman komentar pembaca, bahwa buku ini ada untuk melengkapi
buku-buku dogmatika yang sudah ada.
Keren :-D
BalasHapus