Suara Kenabian

Oleh : Vik.Aurelius S.W. Porawouw

   Pada zaman Israel, baik di Utara dan Selatan ada beberapa orang yang disebut nabi. Nabi dalam pengertian sederhananya ialah penyambung lidah Allah. Seorang nabi berbicara sesuai dengan apa yang dibicarakan oleh Allah, bukan suara atau pemikirannya sendiri. Meskipun seringkali, hal-hal yang disampaikan oleh seorang nabi mengusik dan mengganggu kenyamanan dari sang pendengar. Akan tetapi seorang nabi yang setia adalah nabi yang terus memperdengarkan suara Tuhan, meskipun apa yang disampaikannya itu bernada keras, dan bisa jadi membawa resiko kepada dirinya sendiri (dianggap nabi palsu atau dikucilkan). Menurut kita orang-orang Kristen modern, menjadi nabi adalah sebuah kebanggan, akan tetapi bagi nabi-nabi pada waktu zaman Perjanjian Lama, menganggap profesinya itu adalah sebuah tanggung jawab yang sangat amat berat.

   Pembacaan Alkitab kita pada menjelang minggu-minggu adventus ini, diambil dari kitab para nabi. Ada beberapa hal yang selalu dibicarakan oleh para nabi. Yang pertama adalah iman kepada Allah, bangsa Israel tidak beriman penuh pada Allah sehingga mereka mendapatkan hukuman dari Allah (Yeremia dan Habakuk), bangsa Israel tidak beriman penuh pada Allah dan itu tampak pada ketidakadilam sosial yang terjadi dalam masyarakatnya (Amos). Yang kedua adalah kondisi masyarakat yang sakit, entah itu termakan oleh isu-isu murah (Yeremia) dan juga kemapanan kaum elite (Amos). Di tengah-tengah masyarakat yang mengidap penyakit iman dan penyakit sosial ini, muncullah nabi-nabi itu yang berteriak tentang hal itu. Seperti teriakkan "Sadarlah, bahwa anda sakit", akan tetapi hasil dari teriakan mereka adalah penolakan. Jadi kesimpulannya, suara kenabian itu berbicara tentang keselarasan iman dan perbuatan. Akan tetapi bukan hanya berhenti sampai disitu, suara kenabian bukan hanya ditujukkan bagi pribadi-pribadi, tetapi juga bagi masyarakat-masyarakat yang berTUHAN.

   Tidak ada batasan dalam suara kenabian. Seorang nabi adalah penyambung lidah Allah, Allah yang tidak terpenjara dalam batas-batas tertentu, Allah yang bebas disembah oleh siapapun dan apapun caranya. Oleh karena itu Allah bisa saja menyampaikan suaranya kepada siapapun, kapanpun, dan bagaimanapun caranya. Yang jelas seorang yang mengeluarkan suara kenabian, berbicara tentang iman yang selaras dengan pola hidup pribadi dan juga tatanan masyarakat yang damai sejahtera. Tetapi, kembali lagi ada resiko yang menanti di depan yang menanti kita, mungkin kita dipuji, diberikan ucapan terima kasih, akan tetapi mungkin kita akan lebih sering dijauhi, dikucilkan, dan diberhentikan.

   Pertanyaannya adalah "Siapkah kita menjadi pembawa suara kenabian itu?", atau kita mengambil jalam kompromi, mencari selamat, dengan mencari berbagai macam alasan. Berada dalam zona aman itu memang nyaman, tetapi apakah memang kita harus terus demikian. Tulisan ini berangkat dari sebuah kekhawatiran akan mandulnya gereja-gereja melahirkan orang-orang Kristen yang bersuara tentang keadilan sosial, dimana orang Kristen hanya mau mengembangkan dirinya sendiri tanpa menyadari sesamanya dilaparkan, dihauskan, dimiskinkan, yang penting dirinya aman. Yesus yang adalah  Allah, mengusik kenyamanan dan kemapanan orang Yahudi dengan merangkul seluruh orang banyak, bahkan yang cacat fisik, cacat rohani, dan cacat sosial. Bukankah orang Kristen seharusnya meniru Kristus, dengan menjadi pembawa suara kenabian?

Komentar

  1. Tema bacaan minggu-minggu ini memang berbicara tentang suara kenabian. saya setuju Vik. Lius memang ini yang masih relevan untuk saat itu. sebab dalam konteks kehidupan sekarang situasi dan kondisi seperti yang ada dalam kitab para nabi ini masih terjadi. ketidakadilan sosial, korupsi (memperaya diri), penindasan, kemiskinan. Hanya memang sekarang zona nyaman itu menjadi permasalahan utama sebab dengan keadaan yang nyaman justru menjadi bagian untuk tidak memperdulikan yang lain. Dan meneladani Kristus itu adalah kunci. tetapi seberapa banyak orang yang mau menerima konsekuensi dari meneladani Kristus dan para nabi itu yang menjadi permasalahan besar. mudah-mudan semua orang siap untuk menerima konsekuensi dari tindakan "menyuarakan suara kenabian" sekalipun salib yaitu maut yang harus di terima.

    BalasHapus

Posting Komentar