Oleh: Pdt.Aurelius S.W. Porawouw
Belakangan ini GPIB sudah mulai, carut marut (seandainya ada kata yang lebih halus dari ini). Mulai dari aset besar yang dijual, dan kemudian merambat sampai ke masalah pemecatan yang tidak jelas alasannya, sampai kepada mutasi yang tidak masuk di akal (atau mungkin dipaksakan masuk akal). Tebang pilih pun terjadi, ada yang berkasus sama namun perlakuan berbeda. Ini menggambarkan kalau ada yang tidak beres dalam GPIB. Tulisan ini hanya luapan tanda tanya saat berada di tempat pelayanan yang minim fasilitas dan sepi, dan kemudian datang informasi dari media sosial, kawan sepelayanan, dan senior, bahkan dari jemaat yang berada di lingkungan kekuasaan gereja.
Tanda tanya menjadi semakin besar saat mendekati masa pergantian kepemimpinan GPIB. Segala hal bisa berarti kampanye, sikut kiri dan kanan demi memajukan diri untuk berada di dalam kekuasaan gereja. Semua hal dijadikan kampanye, mulai dari mutasi, iming-iming menjadi KMJ, ditempatkan di daerah pelayanan dan lebih baik. Terkadang pertanyaan ini menjadi jelas yaitu “Apakah semua yang terlibat ini adalah Pendeta atau bukan?” Pasti kita mengatakan Pendeta juga manusia. Kita lewatkan saja hal itu, yang terjadi biarlah terjadi. Tanda tanya semakin besar dan semakin hebat saat, carut marut ini berdampak kepada teman-teman pelayanan (kalau boleh disebut demikian, entah senior atau junior, atau satu angkatan). Ada yang terhambat mutasinya karena sang pemimpin sibuk untuk mendukung siapa yang memimpin periode ke depan. Ada yang disuruh cepat segera ke tempat pelayanan baru, untuk bisa mendukung kampanye (sekedar praduga tak bersalah saja). Dari semua kejadian ini, hubungan antar pendeta menjadi renggang bahkan retak. Mulai dari KMJ dengan PJ, Pendeta senior dengan Pendeta Junior, dan sebagainya. Banyak lagi hal lain yang terjadi mulai dari isu pelemparan Tata Gereja lah, orang yang berada di kekuasaan gereja saling ancam lah, ada yang siap mau balas dendam lah.
Tanda tanya yang ada di pemikiran saya semakin jelas, bunyinya demikian “Apakah ini normal?”. Kita selalu berpikir bahwa, “Biasa lah, setiap organisasi pasti ada konflik kepentingan”, “Biasalah, kalau perbedaan pendapat terjadi dalam organisasi”, “Biasalah kalau menjelang pemilihan pemimpin dan kawan-kawannya”. Banyak lagi alasan yang bisa kita lontarkan saat mengetahui kejadian ini, dan sebagian dari kita menganggap semua ini normal (atau mungkin berusaha memanipulasi otak kita supaya menganggap itu normal). Ini membuat diri saya pribadi tidak mengenali GPIB, mungkin saya masih terlalu “hijau” dalam ber-GPIB, tapi yang jelas ini sebuah perenungan saya saat melihat keadaan GPIB saat ini, yang dimana saya dan kawan-kawan bertumbuh, dan sekarang berkecimpung di dalamnya.
Beberapa dari kita, mungkin sedang menikmati kebersamaan dengan jemaat di tempat pelayanan yang minim fasilitas. Bisa jadi ada yang sudah mempersiapkan masa depan tempat pelayanannya. Ada yang sedang berusaha menjalani pelayanannya dengan baik, meskipun ada konflik kecil dengan jemaat atau rekan satu pelayananan, masalah kesehatan, dan sebagainya. Yang jelas kita semua sedang menyelami kenikmatan (bingung mencari kata yang cocok) pelayanan kita, dan berusaha maju terus dalam pekerjaan pelayanan kita. Jangan dibaca terlalu serius, ini hanya sekedar berbagi tanda tanya saja kepada teman-teman. Barangkali kita juga punya tanda tanya yang sama, dan bersama-sama kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
Salam!
tentang penulis: Pdt.Aurelius S.W. Porawouw merupakan Pendeta Jemaat yang saat ini bertugas membimbing iman umat Kristus di 4 Pos Pelkes yang berada dalam wilayah pelayanan Jemaat Ichtus-Tumbang Titi, Kalimantan Barat.
Komentar
Posting Komentar